Nenek moyang bangsa Indonesia adalah bangsa melanosoid, proto melayu, dan deutro melayu. Mereka berkembang sedemikian rupa menghasilkan kebudayaan yang berkelanjutan. Kebudayaan mereka tentu saja terpengaruhi oleh proses adaptasi mereka terhadap lingkungan dan cara mereka dalam menerima budaya baru dari luar.
Inti dari semua itu adalah mereka berusaha mempertahankan eksistensi kehidupan mereka. Melalui beberapa masa, era batu dan kepercayaan mistik hingga muncul istilah perundagian yang mengawali era logam.
Merupakan zaman tertua dalam pembabakan zaman batu. Pada zaman ini merupakan masa permulaan penggunaan batu sebagai bentuk kebudayaan manusia. Hasil kebudayaannyapun masih bersifat kasar dan belum proposional dalam bentuknya.
Manusia pendukung zaman ini adalah Pitchecantropus/Homo Erectus, Homo Wajakenesis, Homo Soloensis. Mereka hidup secara nomaden (berpindah-pindah), dan bertahan hidup dengan berburu dan meramu. Alat-alat kebudayaan yang mereka gunakan adalah kebudayaan Pacitan yang terdiri dari kapak genggam/chopper, perimbas, alat serpih/flakes, serta kebudayaan Ngandong yang terdiri dari chopper, perkakas dan tanduk rusa.
Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Pada zaman ini merupakan kebudayaan tangkat lanjut. Hasil kebudayaan mulai mengalami perkembangan karena kehidupan yang mulai berubah. Manusia purba pada zaman ini bukan lagi hidup di pedalaman, melainkan di pesisir pantai.
Hal ini didukung dengan Kjokkenmoddinger yang merupakan sampah dapur. Sampah dapur ini merupakan sisa-sia kerang dibibir pantai yang merupakan bekas santapan dari manusia purba tersebut.
Manusia pendukung zaman ini adalah bangsa Melanesoid. Mereka hidup secara nomaden tinggal di gua-gua tepi pantai (abris sous roche), dan bertahan hidup dengan berburu dan meramu tingkat lanjut. Alat-alat kebudayaan yang mereka gunakan adalah Bone Culture, Mata panah bergerigi, Kapak Sumatera, alu, lesung dan pisau batu.
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Pada zaman ini terjadi sebuah revolusi atau perubahan besar dalam kehidupan manusia. Manusia tidak lagi nomaden melainkan sedenter (menetap) karena sudah memiliki keterampilan bercocok tanam dan beternak, yang menyebabkan mereka meninggalkan kebiasaan berburu dan meramu. Karena tinggal menetap, sistem sosialnya semakin maju dan berkembang.
Manusia pendukung zaman ini adalah bangsa Austronesia dan Melanesia. Di Indonesia bagian Barat tinggal bangsa Austronesia Proto Melayu seperti suku bangsa Nias, Toraja, Batak, Sasak. Di Indonesia bagian Timur tinggal bangsa Melanesia.
Bangsa Austronesia menjalankan hidup dengan alat-alat kebudayaan berupa kapak lonjong, kapak persegi, gerabah, gerabah, dan sebagainya, sementara bangsa Melanesia masih menggunaan peralatan dari zaman Paleolitikum.
Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Kebudayaan batu besar berlangsung pada zaman Neolitikum dan logam. Kebudayaan Megalitikum mendorong kebudayaan material maupun non material manusia semakin jauh lagi. Manusia pada zaman ini sudah mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan kemudian menjadi semangat yang melahirkan alat-alat kebudayaan yang tinggi.
Hasil-hasil kebudayaan Megalitukum terdiri dari kelompok besar, yaitu Megalitikum Tua yang dibuat oleh bangsa Proto Melayu dan Megalitikum Muda yang dibuat oleh bangsa Detro Melayu. Dalam kelompok Megalitikum Tua terdapat Arca, Menhir, Punden Berundak, sementara dalam kelompok Megalitikum Muda terdapat kubur batu, waruga, dolmen, sarkofagus, dan arca perunggu.
*Dikutip dari berbagai sumber
Inti dari semua itu adalah mereka berusaha mempertahankan eksistensi kehidupan mereka. Melalui beberapa masa, era batu dan kepercayaan mistik hingga muncul istilah perundagian yang mengawali era logam.
Kebudayaan Batu di Nusantara
Zaman Batu Tua (Paleotikum)Merupakan zaman tertua dalam pembabakan zaman batu. Pada zaman ini merupakan masa permulaan penggunaan batu sebagai bentuk kebudayaan manusia. Hasil kebudayaannyapun masih bersifat kasar dan belum proposional dalam bentuknya.
Manusia pendukung zaman ini adalah Pitchecantropus/Homo Erectus, Homo Wajakenesis, Homo Soloensis. Mereka hidup secara nomaden (berpindah-pindah), dan bertahan hidup dengan berburu dan meramu. Alat-alat kebudayaan yang mereka gunakan adalah kebudayaan Pacitan yang terdiri dari kapak genggam/chopper, perimbas, alat serpih/flakes, serta kebudayaan Ngandong yang terdiri dari chopper, perkakas dan tanduk rusa.
Kapak Genggam |
Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Pada zaman ini merupakan kebudayaan tangkat lanjut. Hasil kebudayaan mulai mengalami perkembangan karena kehidupan yang mulai berubah. Manusia purba pada zaman ini bukan lagi hidup di pedalaman, melainkan di pesisir pantai.
Hal ini didukung dengan Kjokkenmoddinger yang merupakan sampah dapur. Sampah dapur ini merupakan sisa-sia kerang dibibir pantai yang merupakan bekas santapan dari manusia purba tersebut.
Manusia pendukung zaman ini adalah bangsa Melanesoid. Mereka hidup secara nomaden tinggal di gua-gua tepi pantai (abris sous roche), dan bertahan hidup dengan berburu dan meramu tingkat lanjut. Alat-alat kebudayaan yang mereka gunakan adalah Bone Culture, Mata panah bergerigi, Kapak Sumatera, alu, lesung dan pisau batu.
Kjokkenmodinger (Sumber: Kemdikbud) |
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Pada zaman ini terjadi sebuah revolusi atau perubahan besar dalam kehidupan manusia. Manusia tidak lagi nomaden melainkan sedenter (menetap) karena sudah memiliki keterampilan bercocok tanam dan beternak, yang menyebabkan mereka meninggalkan kebiasaan berburu dan meramu. Karena tinggal menetap, sistem sosialnya semakin maju dan berkembang.
Manusia pendukung zaman ini adalah bangsa Austronesia dan Melanesia. Di Indonesia bagian Barat tinggal bangsa Austronesia Proto Melayu seperti suku bangsa Nias, Toraja, Batak, Sasak. Di Indonesia bagian Timur tinggal bangsa Melanesia.
Bangsa Austronesia menjalankan hidup dengan alat-alat kebudayaan berupa kapak lonjong, kapak persegi, gerabah, gerabah, dan sebagainya, sementara bangsa Melanesia masih menggunaan peralatan dari zaman Paleolitikum.
Kebudayaan Batu Besar (Megalitikum)
Kebudayaan batu besar berlangsung pada zaman Neolitikum dan logam. Kebudayaan Megalitikum mendorong kebudayaan material maupun non material manusia semakin jauh lagi. Manusia pada zaman ini sudah mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan kemudian menjadi semangat yang melahirkan alat-alat kebudayaan yang tinggi.
Hasil-hasil kebudayaan Megalitukum terdiri dari kelompok besar, yaitu Megalitikum Tua yang dibuat oleh bangsa Proto Melayu dan Megalitikum Muda yang dibuat oleh bangsa Detro Melayu. Dalam kelompok Megalitikum Tua terdapat Arca, Menhir, Punden Berundak, sementara dalam kelompok Megalitikum Muda terdapat kubur batu, waruga, dolmen, sarkofagus, dan arca perunggu.
Pundun Berundak Gunung Padang (Sumber: Media Indonesia) |
*Dikutip dari berbagai sumber
wah kereeen nih blognya, kebetulan materi ini sesuai dengan materi saya di kelas 7 SMP semester genap ini, boleh berbagi ya....mksh
BalasHapusSilahkan, ibu. Semoga bermanfaat.
Hapus