Proklamasi Kemerdekaan

Kegiatan apakah ini? (Sumber: OsisAlKausar)

Menurutmu, kegiatan apa yang ada di dalam gambar di atas? Betul sekali! Gambar di atas menunjukan kegiatan upacara bendera, lebih tepatnya upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Mengapa harus ada peringatan kemerdekaan? Bukankah peristiwa itu sudah berlalu? Tentu banyak alasan mengapa kemerdekaan harus diperingati. Hari kemerdekaan adalah peristiwa penting yang secara de facto dan de jure membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan. Jika hari bangsa Indonesia masih dijajah, bangsa Indonesia tak akan bisa mengecap kebebasan, salah satunya adalah kebebasan mendapatkan pendidikan karena penjajah menginginkan bangsa Indonesia tetap bodoh agar bisa dijajah.

Karena itulah, setiap tahun kita melalukan peringatan dan perayaan hari kemerdekaan kita. Agar kita bisa selalu mawas diri untuk tidak lagi menjadi bangsa terjajah. Dan melalui pembelajaran sejarah materi Proklamasi Kemerdekaan kita bisa menggali pelajaran-pelajaran bagaimana kemerdekaan bangsa Indonesia didapatkan.

*****

Peristiwa Rengasdengklok

Pada pertengahan 1945 Jepang semakin terdesak dalam Pertempuran Pasifik (Perang Dunia II). Amerika Serikat yang ingin segera mengakhiri perang berencana menjatuhkan bom dengan kekuatan besar ke daratan Jepang. Amerika Serikat kemudian menjatuhkan bom atom ke kota Hiroshima pada 6 Agustus dan kota Nagasaki pada 9 Agustus.

Dengan keadaan seperti itu, Jepang memutuskan akan memberikan kemerdekaan Indonesia pada 7 September 1945. Pada 7 Agustus 1945 Jenderal Hisaichi Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang diketuai oleh Sukarno bersama Hatta sebagai wakil dan beranggotakan 21 orang.

Pada 9 Agutus 1945, Jenderal Hisaichi Terauchi memanggil Soekarno, Moh. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat ke Dalat, Saigon, Vietnam untuk mengucapkan selamat dan mengatakan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Ketiganya kembali ke Indonesia pada 14 Agustus 1945.

Pada 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu. Berita menyerahnya Jepang tertangkap oleh para pemuda di Indonesia melalui siaran berita luar negeri. Sutan Syahrir kemudian mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan, tapi keduanya menolak dengan alasan kejelasan berita dan bahwa kemerdekaan harus dibicarakan dalam PPKI.

Malamnya sekitar pukul 21.30 WIB, para pemuda yang dipimpin Wikana, dan Darwis datang di rumah Sukarno di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Mereka memaksa Sukarno untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda mengancam agar proklamasi malam ini dapat dilaksanakan paling lambat tanggal 16 Agustus 1945. Pemuda berharap kemerdekaan yang dilakukan adalah kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa sendiri, bukan karena jasanya Jepang.

Mendengar ancaman pemuda, Soekarno marah dan membentak. Suasana menjadi tegang. Para pemuda akhirnya meninggalkan rumah Soekarno. Soekarno kemudian meminta Hatta untuk mengundang anggota PPKI untuk rapat pada 16 Agustus 1945.

Para pemuda malam itu sekitar pukul 24.00 mengadakan pertemuan di Jl Cikini 71 Jakarta. Para pemuda yang hadir, antara lain Sukarni, Wikana, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih. Mereka sepakat untuk membawa Sukarno dan Moh. Hatta ke luar kota. Tujuannya, agar kedua tokoh ini jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda juga sepakat menunjuk Shodanco Singgih untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

Singgih, ditemani Sampun sebagai supir, Sutrisno sebagai penembak mahir, Sukarni, Wikana, dan dr. Muwardi menuju rumah Moh. Hatta dan Soekarno dan meminta mereka ikut ke suatu tempat yang dirahasiakan Keduanya setuju. Pukul 04.00 16 Agustus 1945 mereka pergi meninggalkan Jakarta secara diam-diam.
Rumah tempat Sukarno dan Hatta diculik (Sumber: Kompas)

Pagi harinya mereka tiba di Rengasdengklok, Karawang. Mereka diterima oleh Shodanco Subeno dan Affan. Mereka ditempatkan di rumah keluarga Tionghoa, Djiau Kie Siong yang simpati pada perjuangan bangsa Indonesia. Di Rengasdengklok para pemuda tetap gagal meminta Soekarno memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang, tapi melihat gelagat kesediaan Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan jika sudah kembali ke Jakarta.

Sementara itu keadaan tegang terjadi di Jakarta. PPKI akan melangsungkan rapat, tapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari keduanya. Akhirnya setelah terjadi kesepakatan dengan Wikana, Ahmad Subarjo ditunjukkan dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.

Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput Sukarno dan rombongan. Namun kecurigaan para pemuda terhadap Ahmad Subardjo pun masih terjadi. Mereka khawatir proklamasi tidak akan terlaksana, tapi Ahmad Subarjo menjamin bahwa proklamasi akan dilaksanakan. Dengan jaminan itu, maka Shodanco Subeno mewakili para pemuda mengizinkan Subardjo untuk bertemu dan membawa pulang bersama Soekarno dan Moh. Hatta. Sore itu juga Sukarno dan rombongan kembali ke Jakarta. Dengan demikian berakhirlah peristiwa Rengasdengklok.

Perumusan Teks Proklamasi

Setibanya di Jakarta, rombongan Soekarno ditemani Laksaman Maeda pergi menemui Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer Jepang) tapi Gunseikan menolak menerima pada tengah malam. Somubuco Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Direktur/Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer Jepang) untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Jenderal Otoshi Nishimura menegaskan garis kebijakan Panglima Tentara ke-XVI di Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuanbahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.

Dari keterangan Jenderal Otoshi Nishimura Soekarno dan Hatta berkesimpulan bahwa kemerdekaan hanya bisa diraih dengan usaha sendiri. Mereka akhir pergi ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di sana berkumpul tokoh-tokoh nasionalis untuk merumuskan teks proklamasi. Mereka yang hadir adalah para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan, dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta. Jumlahnya sekitar 40-50 orang.

Alasan perumusan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda adalah posisinya sebagai Kepala Perwakilan Angkatan Laut (Kaigun) membuat rumahnya menjadi esktrateritorial bagi Angkatan Darat (Rikugun) yang mungkin akan menghalangi proses penyusunan teks proklamasi. Di samping itu, Laksamana Maeda memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh nasionalis dan bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia.
Ruang makan rumah Laksamana Maeda (Sumber: Historia)

Di ruang makan rumah Maeda dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sukarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”. Sukarno kemudian bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo.“ Bagaimana bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD?” Kedua orang yang ditanya pun tidak ingat persis. Ahmad Subarjo kemudian menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Sukarno menuliskan, “Jakarta, 17-8-’05 Wakil-wakil bangsa Indonesia”, sebagai penutup. Mereka semua sepakat tentang draf itu.

Pukul 04.00 WIB dini hari tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno minta persetujuan dan minta tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak dengan alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang. Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni Sukarno dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima. Dengan beberapa perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Teks proklamasi tulisan tangan Soekarno kemudian diketik oleh Sukarni Sayuti Melik dengan beberapa perubahan. Beberapa perubahan yang dimaksud, yaitu kata tempoh diganti dengan kata tempo. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang semula Jakarta, 17-8-’05 diubah menjadi Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05. (Tahun 05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata Wakil-wakil bangsa Indonesia diganti dengan kata-kata Atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi diketik kemudian ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta. Naskah inilah yang kemudian diketik Sayuti Melik itu disebut teks proklamasi yang otentik.
Naskah Proklamasi otentik (Sumber: Tirto)

Pertemuan di rumah Laksama Maeda akhirnya menghasilkan naskah Proklamasi. Timbullah persoalan tentang bagaimana caranya naskah tersebut disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Tetapi Sukarno tidak setuju, karena tempat itu adalah tempat umum yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Beliau sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di rumahnya
di Jalan Pegangsaan Timur No.56. Usul tersebut disetujui dan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00.WIB di tengah-tengah bulan Ramadhan (bulan Puasa).

Pembacaan Proklamasi

Pukul 5 pagi 17 Agustus 1945, para pemimpin dan pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan di rumah Sukarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 pada pukul 10 pagi. Sebelum pulang, Moh.Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Masing-masing kelompok pemuda mengirim kurir untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa saat Proklamasi telah tiba. Semua alat komunikasi digunakan untuk penyambutan Proklamasi. Pamflet, pengeras suara, dan mobil-mobil dikerahkan ke segenap penjuru kota.

Pada pagi hari itu juga, rumah Sukarno dipadati oleh sejumlah massa. Untuk menjaga keamanan upacara pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta Latief Hendraningrat beserta beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar rumah Sukarno. Sementara itu, Walikota Jakarta, Suwiryo memerintahkan kepada Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikrofon. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk menyiapkan bendera dan sekaligus mencari tiang bendera. S. Suhud mendapatkan bendera Merah Putih dari Ibu Fatmawati. Bendera dijahit Ibu Fatmawati sendiri dan ukurannya sangat besar (tidak standar). Bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati dikenal dengan bendera pusaka. Sejak tahun 1969 tidak lagi dikibarkan dan diganti dengan bendera duplikat. Sementara tiang bendera menggunakan sebatang bambu (semacam bekas jemuran pakaian).

Acara yang direncanakan pada upacara bersejarah itu adalah; pertama pembacaan teks proklamasi; kedua, pengibaran bendera Merah Putih; dan ketiga, sambutan walikota Suwiryo dan dr. Muwardi dari keamanan. Hari Jumat Legi, tepat pukul 10.00 WIB, Sukarno dan Moh. Hatta keluar ke serambi depan, diikuti oleh Ibu Fatmawati. Sukarno dan Moh. Hatta maju beberapa langkah. Sukarno mendekati mikrofon untuk membacakan teks proklamasi.


Acara berikutnya adalah pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin.

Setelah itu, Suwiryo memberikan sambutan dan kemudian disusul sambutan dr. Muwardi. Sekitar pukul 11.00 WIB, upacara telah selesai. Kemudian dr. Muwardi menunjuk beberapa anggota Barisan Pelopor untuk menjaga keselamatan Sukarno dan Moh. Hatta.

Sambutan Terhadap Proklamasi

Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menyebar ke berbagai daerah. Dua surat kabar yang memberitan proklamasi kemerdekaan adalah surat kabar Tjahaya di Bandung dan surat kabar Soeara Asia di Surabaya. Selain itu, rakyat membangun pemancar radio di Menteng 31 untuk menyebarkan berita proklamasi. Pada 11 September 1945 Gedung Radio berhasil dikuasai oleh rakyat, dan perebutan ini diabadikan menjadi hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).

Rakyat menyambut proklamasi dengan antusias. Karena alat komunikasi yang terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak secepat di Jakarta. Saat tersiarnya berita tentang Proklamasi Kemerdekaan, banyak rakyat Indonesia yang tinggal di daerah tidak mempercayainya. Baru pada bulan September 1945, proklamasi diketahui di wilayah-wilayah yang terpencil.

Kesultanan-kesultanan yang ada di Jawa, seperti Kesultanan Yogyakarta, Surakarta, Pakualaman, dan Mangkunegaran memberikan dukungan pada Republik yang baru berdiri. Di Jakarta stasiun-stasiun kereta api, sistem listrik, dan stasiun pemancar radio diambil alih tanpa mendapat perlawanan dari tentara Jepang. Pada akhir bulan September, instalasi-instalasi penting di Yogyakarta, Surakarta, Malang, dan Bandung juga sudah berada di tangan para pemuda Indonesia. Kesusasteraan dan kesenian Indonesia bangkit dengan semangat revolusi. Sastrawan pada masa ini menamakan dirinya "Angkatan 45."

Para pemuda dan mantan prajurit Peta dan Heiho membentuk badan-badan perjuangan seperti Laskar Masyumi, Barisan Hizbullah, dan Barisan Sabilillah. Pemuda dan mahasiswa yang tergabung ke dalam "Kesatuan van Aksi" menggagas rapat raksasa di di lapangan Ikada (Monas) pada 19 September 1945. Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta berserta para menteri yang baru terpilih hadir dalam rapat tersebut. Pidato Presiden Sukarno disambut dengan gegap gempita oleh rakyat yang hadir sejak pagi hari.
Rapat raksasa di Lapangan Ikada (Sumber: Wikipedia)

Pada 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX dari Kesultanan Yogyakarta dan Sri Paku Alam VIII dari Kesultanan Surakarta mengucapakan ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Keduanya juga menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta merupakan daerah istimewa bagian dari Republik Indonesia. Sebagai kepala daerah, keduanya bertanggung kepada Presiden Indonesia.

Di Surabaya, semangat yang tinggi untuk mempertahankan kemerdekaan memicu terjadinya Peristiwa Hotel Yamato/Orange. Pada 19 September, Belanda yang tiba di Surabaya mengibarkan bendera Merah-Putih-Biru di atas hotel Yamato. Hal tersebut memicu kemarahan rakyat, yang kemudian menyerbu hotel dan merobek warna biru bendera Belanda.

Peristiwa Hotel Yamato (Sumber: Liputan 6)

*****

Dari pengantar di atas dapat dipahami bahwa proklamas kemerdekaan adalah puncak perjuangan bangsa Indonesia yang telah dilakukan sejak penjajahan bercokol di Nusantara. Kemerdekaan itu adalah hasil perjuangan kita, dan bukan pemberian bangsa manapun. Untuk memahami lebih jauh proses proklamasi silahkan pelajari buku Sejarah Indonesia kelas XI halaman 77-96. 

Tugas pembelajaran materi ini adalah membuat puisi kemerdekaan yang menggambarkan peristiwa Rengasdengklok, penyusunan proklamasi, pembacaan proklamasi, dan sambutan rakyat terhadap proklamasi secara berurutan. Jadi, setiap puisi harus memuat empat peristiwa tadi secara berurutan.

Setelah selesai, buatlah poster yang berisi puisi tadi di Canva kemudian unggah ke halaman papan buletin Padlet berikut: Papan Buletin Indonesia Merdeka

Terakhir, kerjakan kuis berikut: Kuis Materi Proklamasi Kemerdekaan

Jika ada pertanyaan tentang materi, sampaikan di kolom komentar. Untuk hal-hal teknis menyangkut pengerjaan dan pengumpulan tugas dan latihan soal, silahkan tanyakan di grup WhatsApp.


EmoticonEmoticon